Minggu, 09 Mei 2010

SAMPAH BANTAR GEBANG - BEKASI

Teori Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan mengenai pengelolaan sampah dan dampak negatif dari sampah, yaitu:

Ø Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Jana, N. K. Mardani dan I. W. Budiarsa Suyana mengenai analisis karakteristik sampah dan limbah cair pasar Bandung dalam upaya pemilihan sistem pengelolaannya, yang dilaksanakan pada tahun 2006. Penelitian tersebut merupakan penelitian cross sectional dengan analisis data yang dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pengukuran kuantitas sampah dilakukan selama 1 minggu berturut-turut, sedangkan pengukuran karakteristik meliputi komposisi, kepadatan dan kadar air sampah dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran. Pengukuran kuantitas dan kualitas limbah cair dilakukan sebanyak 3 kali. Parameter limbah yang diukur adalah parameter kimia dan fisik yang meliputi BOD5 dengan metode elektroda, COD dengan metode titrimetrik, TSS dengan metode filter membran, serta parameter bakteriologis dengan metode MPN dengan tabung fermentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa timbunan sampah pasar Bandung sebanyak 33,13 M3/ hari, yang terdiri dari 4 komponen, yaitu:

- Sampah organik sebesar 71,51%.

- Sampah plastic sebesar 14,61%.

- Smapah kertas dan karton sebesar 12,59%.

- Sampah sisa-sisa potongan kain sebesar 1,29% dengan densitas 2,44 kg/m3.

- Kadar air sampah mencapai 25,67%.

Perkiraan volume limbah cair yang dihasilkan pasar Bandung sebesar 49.056 L/ hari dengan kualitas limbah kelas III berdasarkan kandungan TSS dan terasuk ke dalam kualitas limbah IV berdasarkan kandungan BOD dan COD serta adanya indikator tinja manusia karena mengandung bakteri Coliform dan E. coli. Limbah cair ini yang memberikan beban pencemaran secara langsung terhadap kali Bandung. Berdasarkan karakteristik sampah yang di dapatkan, maka alternatif yang paling tepat diterapkan untuk untuk pengolahan sampah padasr Bandung adalah dengan melakukan pemilahan pada sumbernya kemudian sampah organik diolah dengan metode composting dan sampah anorganik dilakukan upaya daur ulang, sehingga kebutuhan TPA menjadi berkurang serta nilai ekonomis sampah bisa diangkat. Berdasarkan kualitas limbah cair, maka limbah cair yang dihasilkan pasar Bandung seharusnya dibuatkan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara lengkap, sehingga tidak memberikan beban tambahan terhadap pencemaran kali Bandung.

Ø Penelitian mengenai studi komposisi sampah perkotaan di Negara-negara berkembang oleh sigit setiyo pramono. Jurnal penelitian tersebut membahas mengenai masalah sampah perkotaan yang dihadapi kota-kota bedar di Negara-negara berkembang. Persoalan sampah yang dihadapi tidak hanya persoalan teknis tetapi aspek sosial dan budaya. Pengolahan sampah pada umumnya yaitu dengan sistem kumpul angkut buang, sistem ini memiliki dampak lingkungan yang besar. Komposisi sampah di Negara-negara berkembang didominasi oleh sampah organik. Maka Negara berkembang harus merancang sistem pengelolaan sampah berbasis sistem pengomposan. Dan sistem ini dapat berubah sesuai dengan komposisi sampah yang dapat berubah menuju satu jenis sampah tertentu.

Ø Penelitian mengenai pemanfaatan sampah organik sebagai bioenergi serta pemurnian gas hasil produksi dengan teknik adsorpsi untuk mendapatkan sumber energi alternatif oleh Alwathan dan Fitriyana tahun 2009.

Perbedaan antara pengelolaan sampah dengan menggunakan pola lama dan pengolahan yang sesuai dengan undang-undang sampah.

Pola lama

Sesuai Undang-undang sampah

1. Kumpulkan dari sumber dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS).

2. Angkut dari sumber TPS ke TPA.

3. Timbun sampah di TPA dengan tanah.

4. Lupakan.

1. Batasi sejak dari sumber.

2. Pilah dan olah di sumber dan TPS untuk dimanfaatkan.

3. Kumpulkan dari sumber dan TPS secara terpilah.

4. Angkut dari sumber dan TPS ke tempat pengolahan, TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu), atau TPA secara terpilah.

5. Olah di tempat pengolahan dan TPST untuk dimanfaatkan.

Komposting merupakan suatu metode termudah untuk menangani sampah organik rumah tangga menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Keuntungan dari metode komposting yaitu:

a. Mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.

b. Mengendalikan nutrisi ke tanah seperti material organik, fosfor, potassium, nitrogen, dan mineral.

c. Meningkatkan daya serap air dan memperbaiki porositas tanah.

Sedangkan kerugian dari metode komposting yaitu terdapat pengurangan volum sampah belum secara signifikan terjadi dan menimbulkan baud an serangga jika penanganannya tidak tepat.

Sumber-sumber sampah rumah tangga dapat dikurangi yaitu dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Metode 3R merupakan suatu metode dimana penanganannya mempunyai beberapa opsi, yaitu:

- Reuse (penggunaan ulang) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah yang masing dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi yang lain, contohnya: botol bekas minuman dirubah fungsi menjadi tempat minyak goreng, ban bekas dimodifikasi menjadi kursi dan pot bungga.

- Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah, contohnya: ketika belanja membawa kantong dari rumah, dapat mengurangi kemasan yang tidak perlu menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang, misalnya bungkus nasi menggunakan daun pisang atau daun jati.

- Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru, contohnya sampah kertas diolah menjadi kertas daur ulang, smapah plastic kresek diolah menjadi kantong kresek , smapah organik diolah menjadi kompos.

Keuntungan dari metode 3R yaitu dapat mengurangi volum smapah organik yang dibuang ke TPA dan dapat dijual kembali sehingga mempunyai nilai ekonomi. Sedangkan kerugian yang didapat dari metode 3R adalah pengurangan volum smapah belum secara signifikan terjadi.

Metode waste to energy merupakan metode penanganan sampah dengan menjadikan bahan bakar alternatif. Contohnya adalah kompor yang dinyalakan dengan mengggunakan bahan bakar sampah. Keuntungan yang didapat dari metode ini adalah dapat mengurangi volum sampah organik yang dibuang ke TPA dan mengurangi biaya pembelian minyak tanah yang semakin langka dan mahal. Sedangkan kerugian dari metode waste to energi yaitu pengurangan volum sampah belum secara signifikan terjadi.


Studi Literatur

Dampak TPA Bantargebang terhadap lingkungan dan masyarakat

Terdapat peranan masyarakat sekitar untuk mengurangi dapak negatif dari keberadaan sampah, masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah dengan metode 3R diantaranya yaitu:

- Kegiatan mengurangi, memanfaatkan kembali, mendaur ulang sampah, pengomposan organik serta penghijauan di kampong Banjasari, kelurahan Banjasari Cilandak Jakarta Selatan di Jalan Fatmawati. Keberhasilan dari kegiatan pengoposan dan daur ulang sampah anorganik yang dilakukan mampu menurunkan volum sampah yang dibubang ke TPA Bantargebang hingga 50%.

- Kegiatan pengelolaan sampah di kawasan perumahan Mustika Tigaraksa kabupaten Tanggerang yang dilaksanakan oleh Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) LSM, telah melakukan kegiatan pemilahan, mendaur ulang sampah, pengomposan organik yang berada di TPS. Kegiatan pemilahan dan daur ulang sampah yang dilakukan mampu menurunkan volum sampah yang dibuang ke TPA hingga 54%.

- Kegiatan pengembangan teknologi pengomposan untuk masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang berlokasi di kebun karinda, lebak bulus Jakarta Selatan, melakukan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan pengelolaan sapah dan penghijauan, pengomposan sampah sampah rumah tangga, pembibitan tanaman pelindung, tanaman hias dan tanaman obat. Kegiatan pengomposan yang dilakukan mampu memproduksi kompos sebesar 4 ton/ tahun dan mengurangi volum sampah rumah tangga sebesar 30-40%.

- Kegiatan penanaman obat keluarga, pengomposan skala kawasan, produksi kerajinan dari plastic, botol, kertas dan kulit telur di Pondok Pekayon Indah Bekasi Selatan. Kegiatan pengomposan yang dilakukan mampu memproduksi kompos sebesar 2.000 kg/ bulan dengan bahan baku 6000 kg sampah organik dan kegiatan daur ulang mampu mengurangi volum sampah yang dibuang ke TPA Bantargebang hingga 70%.

- Kegiatan penanaman obat keluarga, pengomposan skala kawasan berlokasi di perumahan Cipinang Elok Jakarta Timur. Kegiatan pengomposan yang dilakukan mampu memproduksi kompos sebesar 2-3 m3/ hari dengan volum sampah setiap harinya 14-15 m3/ hari, komposisi sampah organik ± 5 m3 dan samapah anorganik ± 9 m3. Dengan pengomposan sampah dapat mengurangi volum sampah yang dibuang ke TPA Bantargebang hingga 30%.

Teknologi pengelolaan sampah

Untuk mengurangi dampak negatif dari bertambahnya sampah di TPA Bantargebang, pemerintah harus dapat mengelolanya dengan mengolahnya menggunakan teknologi yang modern. Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT) menciptakan suatu sistem baru untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Nama sistem tersebut adalah Reusable Sanitary Landfill (RSL), sistem ini merupakan sistem penyempurna dari sistem yang pernah digunakan sebelumnya di TPA Bantargebang. RSL merupakan sistem pengolahan sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan metode Supply Ruang Penampungan Sampah Padat (SRPSP). RSL dapat mengontrol emisi liquid atau air rembesan sehingga sampah tidak sampai mencemari air tanah. Sistem ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga dapat mengontrol populasi lalat di sekitar TPA sehingga dapat mencegah penebaran bibit penyakit.

Cara kerja dari RSL yaitu dengan menumpukan sampah dalam satu lahan, lahan yang digunakan sebelumnya harus digali dan tanah liatnya dipadatkan, lahan ini disebut sebagai ground liner. Setelah tanah liat dipadatkan, kemudian tanah liat dilapisi dengan geo membran yaitu lapisan mirip pelastik berwarna dengan ketebalan 2,5 mm yang terbuat dari High Density Polytilin (HDP) yaitu satu senyawa minyak bumi. Lapisan ini yang akan menahan air lindi (air kotor berbau yang berasal dari sampah), sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Di atas lapisan geo membran dilapisi lagi geo tekstil untuk memfilter kotoran sehingga tidak bercampur dengan air lindi, kemudian secera berkala air lindi dikeringkan.

Sebelum dipadatkan, sampah yang menumpuk di atas lapisan geo tekstile kemudian ditutup dengan menggunakan lapisan geo membran untuk mencegah menyebarnya gas metan akibat proses pembusukan sampah, tanpa oksigen. Lapisan geo membran akan menyerap panas dan membantu proses pembusukan. Radiasinya akan membunuh lalat dan telur-telurnya di sekitar sampah. Jika truk sampah yang bentuknya tertutup dicuci setiap kali mengangkut sampah akan mengurangi penebaran bau ke lokasi TPA. Sebenarnya pengolahan sampah seperti ini sudah biasa dilaksanakan di TPA Bantargebang, hanya saja pada zona I TPA Bantargebang ground iner tidak menggunakan geo membran untuk menahan air lindi. Sehingga terjadi kebocoran yang menyebabkan pencemaran air serta pencemaran udara.

Terdapat tekhnologi yang mampu mengubah sampah menjadi listrik, namun tekhnologi ini masih belum dapat di terapkan di Indonesia karena biaya dan perawatannya yang mahal. Tekhnologi ini digunakan untuk mengolah sampah rumah tangga agar dapat menghasilkan energi panas dan listrik.

Pembahasan

Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah di TPA Bantargebang menggunakan cara pola lama yaitu menggumpulkan sampah-sampah dari berbagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) kemudian diangkut ke TPA, di dalam TPA ditimbun dengan menggunakan tanah. Tetapi sebagian sampah dapat diolah kembali seperti sampah pelastik, kaleng, dan sampah organik dapat dijadikan pupuk.

Pengolahan sampah di TPA Bantargebang yaitu dengan sistem tumpuk dan timbun. Sampah yang dikumpulkan dari berbagai TPS di DKI Jakarta dan Bekasi di kumpulkan disuatu tempat penampungan akhir di TPA Bantargebang. Setelah itu sampah dikumpulkan, jika volum nya sudah banyak lalu dikeruk dengan menggunakan tanah dan dikuburkan, setiap tumpukan tanah yang berisi sampah diberi pipa supaya gas-gas seperti metana dapat keluar dan tidak menimbulkan ledakan pada tanah. Pembuangan sampah TPA Bantargebang terdiri dari beberapa blok pembuangan. Setiap pembuangan sampah harus memenuhi satu blok kemudian setelah blok tersebut penuh mencapai volum maksimumnya lalu ditimbun dengan menggunakan tanah. Selanjutnya dapat mengisi blok lainnya dyang masih kosong.

Di dalam TPA Bantargebang terdapat pabrik pengomposan sampah-sampah organic untuk dijadikan sebagai pupuk. Selain itu terdapat banyak pekerja pemulung untuk mengangkut sampah-sampah yang dapat di daur ulang. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan oleh pemulung untuk dikirimkan kepada penadah. Kemudian penadah tersebut mengolahnya untuk dikirimkan ke pabrik pengolahan plastik, kaca, kaleng daur ulang. Sebelum samapah dibuang kedalam TPA Bantargebang setiap truk pembuangan sampah ditimbang dahulu volum sampah yang di dapatnya. Setelah ditimbang truk-truk sampah yang masuk pada TPA Bantar gebang mengantri untuk membuangkan sampahnya pada blok pembuangan.

Polusi yang dihasilkan dari keberadaan TPA Bantargebang sangat bermacam mulai dari dari polusi udara, air, dan tanah. Polusi air ditimbulkan dari limbah cair hasil tumpukan sampah-sampah, polusi udara ditimbulkan dari bau yang berasal dari tumpukan sampah, sedangkan polusi tanah ditimbulkan dari tumpukan sampah yang ditimbun oleh tanah sehingga menimbulkan polusi tanah. Limbah cair yang dihasilkan dari tumpukan tanah berwarna coklat, berminyak dan berbau. Pada pabrik pengomposan sampah organik banyak mengeluarkan limbah cair tersebut yang langsung dibuang ke selokan atau sungai kecil tanpa adanya perlakuan terlebih dahulu.

Lingkungan disekitar TPA Bantargebang merupakan lingkungan yang tidak sehat, hal ini dapat dilihat dari sejumlah masyarakat yang tingggal di atas tumpukan sampah. Ditempat tersebut tanah asli sedikit, sebagian lagi merupakan hasil dari tumpukan sampah. Sumber air di daerah itu berasal dari air tanah, namun sumber air tersebut hanya dapat ditemukan pada bagian lahan tanah asli. Kualitas dari sumber air tersebut sangat kurang, hanya dapat digunakan untuk mandi,mencuci, dan memasak, tetapi tidak dapat digunakan untuk air minum. Air minum yang mereka gunakan berasal dari tempat pengisian ulang air galon.

Keadaan masyarakat disekitar TPA Bantargebang termasuk dalam kondisi sehat, walaupun keadaan disekitar kurang memadai. Kondisi tersebut terjadi karena pola hidup masyarakat yang sudah terbiasa dengan ruang lingkup disekitar yang tidak memenuhi standar kesehatan. Masyarakat sekitar biasa terjangkit oleh penyakit flu dan batuk. Sedangkan penyakit pencernaan dan kulit jarang ditumukan sebab daya tahan tubuh masyarakat disekitar lebih kuat dari pada masyarakat yang jauh dari lingkup TPA. Pemerintah memberikan jaminan kesehatan gratis untuk masyarakat disekitar TPA Bantargebang.

Sistem pendidikan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Bantargebang mendapatkan fasilitas gratis, tetapi hanya sampai SD kelas 6. Tetapi untuk SD kelas 6 baru dibebas biayakan pada 1 tahun terakhir ini. Hanya 80% anak-anak di lingkup TPA Bantargebang yang mengikuti sekolah.

Acara rutinitas tahunan masyarakat daerah tersebut adalah memperingati tahun baru islam 1 Hijriah yang mereka sebut malam 1 Suro. Mayoritas penduduk di sekitar TPA Bantargebang adalah pendatang dari Indramayu sebanyak 60% sedangkan sisanya dari Semarang dan Kerawang. Di tempat tersebut terbagi menjadi beberapa bagian atau disebut juga blok, setiap bagian dihuni oleh 200 kepala keluarga. Jumlah keseluruhan dari kepala keluarga tiap bagian adalah 6000 pemulung. Matapencarian dari masyarakat setempat adalah sebagai pemulung. Malam 1 Suro merupakan suatu acara tahun baru islam sekaligus untuk meningkatkan silaturahmi masyarakat setempat. Acara tersebut diisi oleh pengajian, doa bersama dan makan bersama, yaitu makan bubur suro bersama-sama. Bubur suro merupakan makanan khas Inderamayu yang terdiri dari rempah-rempah seperti sereh, kunyit, dsb. Juga di dalamnya terdapat sayur-sayuran seperti terong, kacang panjang, dan emes. Cara memasaknya yaitu menggunakan kuali besar dan tungku.

Sampah yang biasa mereka ambil diklasifikasikan menjadi beberapa macam,misalkan seperti sampah pelastik, botol pelastik, botol kaca dan kaleng minuman. Tetapi yang dibahas di dalam makalah ini adalah daur ulang sampah pelastik. Sampah-sampah pelastik yang diambil oleh pemulung dikumpulkan pada penadah, penedah tersebut dalam bebrapa bagian sesuai dengan tujuan pengiriman. Fungsi dari penadah tersebut adalah untuk mengumpulkan pelastik-palastik dari berbagai pemulung, membersihkan pelastik-pelastik, dan memisahkannya dalam 3 kelompok. Pembagian sampah pelastik berdasarkan warna pelastik tersebut yaitu sampah pelastik berwarna bening, warna hitam dan pelastik berwarna. Kemudian setelah itu plastik yang panjang dipotong menjadi 2 bagian dengan menggunakan pisau istilah yang mereka gunakan untuk memotong pelastik adalah nyobek-nyobek, kemudian dipisahkan sesuai dengan warna plastic tersebut istilahnya adalah parte. Kemudian dicuci dengan menggunakan mesin pencuci pelastik, encucian dilakukan dengan menggunakan 2 buah bak, bak pertama sebagai pembersih pelastik dari kotoran dengan sabun pencuci, bak kedua sebagai pembilas antara pelastik dengan sabun, selanjutnya plastic tersebut dipakan atau disebut juga dibal kemudian dijemur agar cepat kering. Untuk pengiriman setiap bal ditimbang harus dibawah 50 kg. setelah semuanya selesai kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pendaur ulang pelastik, salah satunya di daerah cibubur. Di pabrik tersebut sampah pelastik dibekukan kemudian hasil akhir berupa bijih pelastik yang akan di ekspor ke luar dan juga digunakan untuk domestik. Harga penjualan sampah pelastik per kg :

1 kg transparan : 3.200/kg

Berwarna : 1.700/kg

Hitam : 2.000/kg

Pembuangan limbah dari tempat pembersihan pelastik langsung ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar